Advertisement
Advertisement
Cerita Cinta Dalam Doa Taaruf Khitbah Lamaran Tunangan Dalam Islam-Mencari pasangan hidup yang tepat menjadi keinginan setiap orang. Tentu hal itu bukan perkara mudah. Kita harus benar-benar memilih siapa sosok yang tepat menjadi pendamping.Dalam Islam, ada cara untuk mencari pendamping hidup yang tepat. Cara itu dimulai dengan ta'aruf, artinya saling mengenal.
Islam tidak mengajarkan umatnya untuk pacaran. Pacaran bisa dilakukan setelah pernikahan. Sebelum masuk ke tahap pernikahan, seseorang akan menjalani proses ta’aruf atau perkenalan. Tapi menikah tanpa melakukan pacaran bukan berarti tidak dapat memahami bagaimana calon pasangan kita kelak.
Islam mengijinkan kita untuk melakukan nazhor atau melihat calon pasangan agar kita dapat merasakan kecocokan di hati. Sedangkan, gambaran kepribadian, kebiasaan, dan juga cita-cita di masa depan dan lain sebagainya. Hal itu dapat kita gali melalui proses tanya jawab baik langsung kepada yang bersangkutan, atau mungkin mencari informasi melalui keluarga dan juga teman dekatnya.
Baik, admin rajakatachen.blogspot.com akan memberikan solusi kesimpulan etika baik taaruf khitbah menurut ajaran Islam. Jadi, saat melakukan ta’aruf, jangan lupa untuk mengajukan tujuh pertanyaan ini kepada calon pasanganmu. inilah tujuh pertanyaan tersebut,di antaranya:
1. Bagaimana Pemahaman Tentang Keluarga serta Visi Misi Pernikahan
Menikah bukan hanya sekedar melegalkan hubungan, karena sebuah pernikahan adalah sebuah fase awal dari kehidupan berumah tangga. Jadi, Anda jangan lupa untuk bertanya mengenai pandangan calon pasangan mengenai makna berkeluarga, baik dalam pandangan agama atau secara global. Karena dari situ kita akan tahu, seberapa besar pengetahuan dia akan makna keluarga. Dan tanyakan juga mengenai visi dan misinya, apakah kalian memang sejalan atau tidak.
2. Bagaimana Ibadah yang Dijalaninya
Pertanyaan tentang ibadah ini bisa saja menyinggung seputar cara ibadahnya, sudah berapa lembar bacaan Al-Qur’an setiap harinya, atau mungkin ibadah sunnah apa saja yang biasa dia lakukan, dan berapa banyak sholat Dhuha dan Tahajud dilakukannya dalam sepekan? Pertanyaan seputar ibadah ini menjadi penting karena kekuatan ibadah akan membentuk iman yang baik dan menjadi pondasi kuat saat kita dalam menjalani roda kehidupan di masa depan.
3. Bagaimana Pemahaman Tentang Peran, Hak dan Kewajiban Suami-Istri
Saat dua orang memutuskan untuk menikah, maka mereka harus sudah mengerti mengenai hak dan juga kewajiban masing-masing. Ini berkaitan erat dalam hal persepsi mengenai batasan, harapan dan mengenai berbagai hal terkait yang tak bisa lepas dalam peran sehari-hari. Jika kita seorang wanita, kita juga bisa menanyakan mengenai bagaimana sosok istri ideal baginya, atau jika kita seorang lelaki, maka kita juga bisa menanyakan bagaimana sosok suami ideal yang ia harapkan. Ini adalah salah satu cara membangun sebuah komunikasi awal, agar kita bisa saling mengukur diri kita masing-masing.
4. Bagaimana Mengatur Emosi dan Konflik
Tak ada pernikahan yang luput dari konflik, entah itu besar atau pun kecil. Makanya, saat awal perkenalan atau ta’aruf kita wajib menanyakan dan menggali bagaimana cara calon pasangan kita itu dalam mengatur emosi dan cara dia menanggulanginya. Ada beberapa pertanyaan yang bisa diajukan antara lain adalah mengenai hal apa yang biasanya memicu amarahmu? Atau apa yang kamu lakukan saat sedang stres atau mungkin bermasalah dengan orang lain? Dan bagaimana kondisi terburukmu ketika kamu sedang marah?
5. Bagaimana Caranya Mengatur Diri dan Keuangan
Ini sangat penting untuk ditanyakan, karena menikah berkaitan dengan kesiapan mental dan keuangan. Karena dengan mengetahui jadwal hariannya ini akan membantu kita mendapatkan gambaran tentang kebiasaannya sehari-hari. Dari sini kita juga dapat melihat seberapa teratur dan disiplinnya calon pasangan hidup kita ini. Sedangkan pertanyaan tentang cara menghabiskan waktu luang ini dapat menunjukkan sejauh mana kualitas waktu yang ia miliki, apakah cukup bermanfaaat atau tidak.
6. Bagaimana Hubungan yang Terjalin dengan Keluarga
Hubungan dengan keluarga memegang peranan penting karena menikah bukan saja menyatukan dua orang manusia, tetapi juga menyatukan dua keluarga besar masing-masing. Cobalah untuk menanyakan bagaimana hubungannya dengan orang tua dan keluarga inti. Anda juga bisa menggali sejauh mana keluarganya turut berpengaruh dalam keputusan-keputusan penting dalam hidupnya, misal dalam pendidikan, karir, jodoh dan hal penting lainnya.
7. Bagaimana Pemahaman Tentang Diri, Cita-cita dan juga Masa Depan
Kita perlu tahu mengenai bagaimana calon pasangan hidup kita memandang dirinya sendiri dan berbagai kelebihan dan kekurangan yang ada pada dirinya, rencana-rencananya di masa depan terkait cita-cita atau karir yang ia jalani. Hal ini cukup penting, karena dengan mengetahui jawabannya, kita akan tahu seberapa besar peran kita dan juga keluarga kelak dalam perkembangan dirinya. Meskipun begitu, hal terakhir ini bisa diajukan sembari berjalan, karena tak jarang waktu akan mengubah pandangan dan pemahaman seseorang yang semakin hari akan semakin dewasa.
Baik Sahabat semua, demikian artikel rajakatachen.blogspot.com mengulas seputar tentang taaruf khitbah, semoga bermanfaat. Sebelum Admin mengakhiri artikel ini, perlu kita ketahui, bahwasannya hati memang menjadi bagian paling lemah dalam diri kita. Ia mudah berubah, gampang terbolak – balik. Makanya Rasululullah selalu berdoa, “Yaa muqollibal qulub, tsabbit qolbii ‘alaa diinika wa ‘alaa thoo’atik”. Yang artinya, “Ya Allah Dzat yang membolak balikkan hati, teguhkanlah hatiku pada agama-Mu dan dalam menaati peraturan-Mu”. Begitu indah sekali doa ini. Dan dari doa ini membuktikan secara tersirat bahwa Rasulullah mengungkapkan hatilah bagian terlemah dari manusia. Apalagi jika ia sudah terlibat dengan perasaan kepada seseorang, bersiaplah galau kalo tidak segera diobati.
Islam tidak mengajarkan umatnya untuk pacaran. Pacaran bisa dilakukan setelah pernikahan. Sebelum masuk ke tahap pernikahan, seseorang akan menjalani proses ta’aruf atau perkenalan. Tapi menikah tanpa melakukan pacaran bukan berarti tidak dapat memahami bagaimana calon pasangan kita kelak.
Islam mengijinkan kita untuk melakukan nazhor atau melihat calon pasangan agar kita dapat merasakan kecocokan di hati. Sedangkan, gambaran kepribadian, kebiasaan, dan juga cita-cita di masa depan dan lain sebagainya. Hal itu dapat kita gali melalui proses tanya jawab baik langsung kepada yang bersangkutan, atau mungkin mencari informasi melalui keluarga dan juga teman dekatnya.
Baik, admin rajakatachen.blogspot.com akan memberikan solusi kesimpulan etika baik taaruf khitbah menurut ajaran Islam. Jadi, saat melakukan ta’aruf, jangan lupa untuk mengajukan tujuh pertanyaan ini kepada calon pasanganmu. inilah tujuh pertanyaan tersebut,di antaranya:
1. Bagaimana Pemahaman Tentang Keluarga serta Visi Misi Pernikahan
Menikah bukan hanya sekedar melegalkan hubungan, karena sebuah pernikahan adalah sebuah fase awal dari kehidupan berumah tangga. Jadi, Anda jangan lupa untuk bertanya mengenai pandangan calon pasangan mengenai makna berkeluarga, baik dalam pandangan agama atau secara global. Karena dari situ kita akan tahu, seberapa besar pengetahuan dia akan makna keluarga. Dan tanyakan juga mengenai visi dan misinya, apakah kalian memang sejalan atau tidak.
2. Bagaimana Ibadah yang Dijalaninya
Pertanyaan tentang ibadah ini bisa saja menyinggung seputar cara ibadahnya, sudah berapa lembar bacaan Al-Qur’an setiap harinya, atau mungkin ibadah sunnah apa saja yang biasa dia lakukan, dan berapa banyak sholat Dhuha dan Tahajud dilakukannya dalam sepekan? Pertanyaan seputar ibadah ini menjadi penting karena kekuatan ibadah akan membentuk iman yang baik dan menjadi pondasi kuat saat kita dalam menjalani roda kehidupan di masa depan.
3. Bagaimana Pemahaman Tentang Peran, Hak dan Kewajiban Suami-Istri
Saat dua orang memutuskan untuk menikah, maka mereka harus sudah mengerti mengenai hak dan juga kewajiban masing-masing. Ini berkaitan erat dalam hal persepsi mengenai batasan, harapan dan mengenai berbagai hal terkait yang tak bisa lepas dalam peran sehari-hari. Jika kita seorang wanita, kita juga bisa menanyakan mengenai bagaimana sosok istri ideal baginya, atau jika kita seorang lelaki, maka kita juga bisa menanyakan bagaimana sosok suami ideal yang ia harapkan. Ini adalah salah satu cara membangun sebuah komunikasi awal, agar kita bisa saling mengukur diri kita masing-masing.
4. Bagaimana Mengatur Emosi dan Konflik
Tak ada pernikahan yang luput dari konflik, entah itu besar atau pun kecil. Makanya, saat awal perkenalan atau ta’aruf kita wajib menanyakan dan menggali bagaimana cara calon pasangan kita itu dalam mengatur emosi dan cara dia menanggulanginya. Ada beberapa pertanyaan yang bisa diajukan antara lain adalah mengenai hal apa yang biasanya memicu amarahmu? Atau apa yang kamu lakukan saat sedang stres atau mungkin bermasalah dengan orang lain? Dan bagaimana kondisi terburukmu ketika kamu sedang marah?
5. Bagaimana Caranya Mengatur Diri dan Keuangan
Ini sangat penting untuk ditanyakan, karena menikah berkaitan dengan kesiapan mental dan keuangan. Karena dengan mengetahui jadwal hariannya ini akan membantu kita mendapatkan gambaran tentang kebiasaannya sehari-hari. Dari sini kita juga dapat melihat seberapa teratur dan disiplinnya calon pasangan hidup kita ini. Sedangkan pertanyaan tentang cara menghabiskan waktu luang ini dapat menunjukkan sejauh mana kualitas waktu yang ia miliki, apakah cukup bermanfaaat atau tidak.
6. Bagaimana Hubungan yang Terjalin dengan Keluarga
Hubungan dengan keluarga memegang peranan penting karena menikah bukan saja menyatukan dua orang manusia, tetapi juga menyatukan dua keluarga besar masing-masing. Cobalah untuk menanyakan bagaimana hubungannya dengan orang tua dan keluarga inti. Anda juga bisa menggali sejauh mana keluarganya turut berpengaruh dalam keputusan-keputusan penting dalam hidupnya, misal dalam pendidikan, karir, jodoh dan hal penting lainnya.
7. Bagaimana Pemahaman Tentang Diri, Cita-cita dan juga Masa Depan
Kita perlu tahu mengenai bagaimana calon pasangan hidup kita memandang dirinya sendiri dan berbagai kelebihan dan kekurangan yang ada pada dirinya, rencana-rencananya di masa depan terkait cita-cita atau karir yang ia jalani. Hal ini cukup penting, karena dengan mengetahui jawabannya, kita akan tahu seberapa besar peran kita dan juga keluarga kelak dalam perkembangan dirinya. Meskipun begitu, hal terakhir ini bisa diajukan sembari berjalan, karena tak jarang waktu akan mengubah pandangan dan pemahaman seseorang yang semakin hari akan semakin dewasa.
Baik Sahabat semua, demikian artikel rajakatachen.blogspot.com mengulas seputar tentang taaruf khitbah, semoga bermanfaat. Sebelum Admin mengakhiri artikel ini, perlu kita ketahui, bahwasannya hati memang menjadi bagian paling lemah dalam diri kita. Ia mudah berubah, gampang terbolak – balik. Makanya Rasululullah selalu berdoa, “Yaa muqollibal qulub, tsabbit qolbii ‘alaa diinika wa ‘alaa thoo’atik”. Yang artinya, “Ya Allah Dzat yang membolak balikkan hati, teguhkanlah hatiku pada agama-Mu dan dalam menaati peraturan-Mu”. Begitu indah sekali doa ini. Dan dari doa ini membuktikan secara tersirat bahwa Rasulullah mengungkapkan hatilah bagian terlemah dari manusia. Apalagi jika ia sudah terlibat dengan perasaan kepada seseorang, bersiaplah galau kalo tidak segera diobati.
Advertisement